dodge tomahawk

dodge tomahawk

Tuesday 26 August 2008

Jenis-jenis Penelitian

Di atas dikemukakan bahwa penelitian adalah suatu cara sistematik untuk mendapatkan suatu pengetahuan. Sama halnya dengan cara sistematik untuk membuat kue atau mendapatkan kesembuhan. Lebih jauh dapat dikemukakan secara garis besar langkah-langkah untuk membuat dua kursi atau dua kue yang berbeda sama, tetapi pada langkah-langkah tertentu akan berbeda. Setiap langkah mempunyai variasi yang berbeda-beda. Misalkan untuk membuat kue bolu kukus dan bolu biasa langkah-langkah garis besarnya sama, tetapi pada langkah terakhir, misalkan langkah mematangkan adonan, akan berbeda. Untuk bolu kukus, langkah terakhirnya dikukus, sedangkan untuk bolu bakar, langkah terakhirnya adalah dibakar. Hal ini menunjukkan bahwa kue bolu meskipun sama tetapi mempunyai jenis yang berbeda karena dibuat melalui langkah yang sama tetapi berbeda pada langkah akhir.

Hal yang terjadi pada pembuatan kue tersebut dapat juga terjadi pada suatu penelitian, sehingga dikenal beberapa jenis penelitian, misalkan penelitian penggalian (exploratory), penjelasan (explanatory), pemaparan (descriptive), penerapan (applied), atau pun penelitian dasar atau murni (basic). Penelitian exploratory, explanatory, dan descriptive adalah jenis-jenis penelitian yang dibedakan berdasarkan tujuannya (Neuman, 2000: 21). Sedangkan penelitian terapan dan dasar atau murni adalah jenis-jenis penelitian yang dibedakan berdasarkan kegunaannya (Sekaran, 2003: 7). Selanjutnya akan dibahas mengenai jenis-jenis penelitian tersebut.

1.1.Penelitian Exploratory

Penelitian exploratory adalah Penelitian yang bertujuan menggali / mencari variabel-variabel atau faktor-faktor yang terdapat pada suatu fenomena / kondisi / setting sosial tertentu. Misalkan pemerintah ingin tahu faktor-faktor penyebab kenakalan remaja, atau seorang pengusaha ingin tahu faktor-faktor motivasi di
9 perusahaannya. Metode yang digunakan dalam penelitian-penelitian eksploratori umumnya adalah metode kualitatif atau menggunakan metode kategorisasi, abstraksi, komparasi, dimensionalisasi, integrasi, iterasi, dan refutasi (Spiggle, 1994).
Kategorisasi adalah proses pengklasifikasian atau penamaan (labeling) data, hal ini biasanya dilakukan ketika teradi proses coding data. Abstraksi adalah kegiatan meningkatkan kategori-kategori data empirik yang diperoleh menjadi konstrak yang lebih terkonsep. Komparasi adalah menggali perbedaan-perbedan dan kesamaan-kesamaan diantara data yang diperoleh dan mungkin menjadi dasar untuk kegiatan penambahan data. Dimensionalisasi adalah kegiatan mengidentifikasi tanda-tanda yang dimiliki beberapa kategori dan konstrak yang telah diperoleh. Integrasi adalah menggabungkan konstrak yang terkonseptual melalui suatu paradigma, teori, atau cara pandang tertentu. Iterasi adalah kegiatan analisis berulang-ulang terhadap langkah-langkah yang telah dilakukan maupun yang akan dilakukan oleh peneliti (berupa penelaahan ulang terhadap langkah-langkah yang telah dan akan dilakukan). Refutasi adalah kegiatan menguji secara sengaja apa yang diperoleh dalam proses kategorisasi, konstruksi, proposisi, atau kerangka konseptual kedalam kondisi empirik. Contoh penelitian eksploratif penulis kemukakan dibawah ini.
Seorang walikota menelaah lapran-laporan (observasi) mengenai kondisi kotanya, lalu dia menemukan bahwa sebagian besar kejahatan di mal-mal dalam kota dilakukan oleh anak-anak (remaja) berusia 15 sampai 25 tahun. Seorang peneliti diberi tugas oleh Walikota itu utuk menelaah faktor-faktor yang patut diduga melatarbelakangi munculnya kenakalan remaja. Peneliti tersebut selanjutnya mendatangi tempat yang diasumsikan sebagai terkumpulnya anak-anak nakal, yaitu penjara khusus anak-anak nakal. Misalkan di Tangerang. Langkah kedua peneliti tersebut adalah mengumpulkan sejumlah anak-anak nakal di penjara khusus tersebut, misalkan sebanyak 100 orang secara acak.
10Langkah ketiga peneliti tersebut adalah mengumpulkan data melalui wawancara terhadap keseratus anak-anak nakal tersebut dan mencatatnya. Misalkan hasil wawancara tersebut menunjukkan hal-hal sebagai berikut:
- 20 orang anak mempunyai adik lebih dari 3, 10 orang mempunyai kakak lebih dari 2, 70 orang anak tidak mempunyai adik maupun kakak (anak tunggal);
- 5 orang Ibu maupun Bapaknya tidak bekerja, 80 orang kedua orangtuanya bekerja, dan 15 orang hanya Bapaknya yang bekerja;
- 75 orang masih duduk dikelas 2 SMP, 10 orang kelas 3 SMP, 5 orang kelas 1 SMA, dan 10 orang kelas 3 SMA; dan
- rata-rata usia keseratus anak tersebut adalah 19 tahun.
- 20 orang anak pegawai negeri (pemda), 25 orang anak pengusaha, 10 orang anak dokter, 20 orang anak petani, dan 25 orang anak pengacara.
Langkah keempat peneliti adalah mengklasifikasi data-data tersebut di atas. Data di atas menunjukkan suatu klasifikasi bahwa faktor-faktor penyebab kenakalan remaja adalah: anak tunggal, kedua orang tua pekerja, dan pendidikan rendah. Ketiga faktor tersebut adalah jumlah terbesar dari masing-masing klasifikasi yang ditanyakan. Misalkan sebesar 70 orang (70%) adalah anak tunggal, sehingga peneliti tersebut dapat disimpulkan bahwa anak tunggal adalah salah satu penyebab kenakalan remaja. Selanjutnya peneliti itu pun akan menyimpulkan bahwa faktor kedua yang patut diduga sebagai penyebab kenakalan remaja adalah kedua orang tua pekerja, karena dari seratus orang anak, sebanyak 80 anak (80%), kedua orang tuanya bekerja.
11
1.2. Penelitian Explanatory
Penelitian explanatory adalah penelitian yang bertujuan menelaah kausalitas antar variabel yang menjelaskan suatu fenomena tertentu. Misalkan penelitian mengenai hubungan antara uang dengan motivasi, hubungan antara jumlah wanita karir dengan kenakalan remaja, hubungan antara gaji dengan bellboy turnover seperti contoh di atas, atau hubungan antara gaji dengan kinerja. Perbedaan antara penelitian explanatory dengan exploratory adalah: pada penelitian exploratory peneliti tidak berusaha membuktikan atau menjelaskan hubungan atau pengaruh antar variabel, sedangkan dalam penelitian explanatory peneliti berusaha untuk menjelaskan atau membuktikan hubungan atau pengaruh antar variabel.

1.3. Penelitian Descriptive
Penelitian descriptive adalah penelitian yang bertujuan menggambarkan suatu kondisi atau fenomena tertentu, tidak memilah-milah atau mencari faktor-faktor atau variabel tertentu. Misalkan seorang peneliti yang menjelaskan prosedur pengambilan keputusan di sebuah perusahaan, atau peneliti menjelaskan mengenai adat istiadat perkawinan disebuah suku.

1.4. Penelitian Terapan
Penelitian yang hasil penemuannya digunakan untuk memecahkan masalah dalam suatu organisasi. Misalkan sebuah perusahaan menghadapi tiga alternatif strategi untuk memperbaiki produktivitasnya, yaitu: (1) continuous improvement, (2) fokus hanya terhadap pengembangan produk, dan (3) secara simultan meraih keduanya. Strategi mana yang paling sesuai dengan kondisi perusahaan? Mengingat kapabilitas dan sumberdaya yang dimiliki perusahaan tersebut.
12
Contoh lain adalah sebuah perusahaan yang mempunyai alternatif memindahkan jam kerja karyawannya untuk mengganti libur dihari jum’at pada musim panas. Mereka berhasil mengubah jam kerja menjadi pulang jam 1.00 pagi. Apakah hal yang sama dapat diterapkan pada perusahaan lain? Mengingat kebutuhan karyawan untk berlibur berbeda-beda.
1.5. Penelitian Dasar atau Murni
Penelitian yang hasil penemuannya untuk memperdalam atau mengembangkan pemahaman terhadap suatu masalah tertentu dalam organisasi. Tujuan utama penelitian dasar adalah menghasilkan pengetahuan dan pemehaman terhadap fenomena yang terjadi dan membangun teori-teori berdasarkan hasil-hasil penelitian. Contoh: Eksperimen GE berkaitan dengan berbagai macam penerapan energi listrik, bagaimana memperbaiki keefektivan sistem informasi sebuah organisasi, mengintegrasikan berbagai macam teknologi untuk memperbaiki kondisi organisasi.

1.6. Penelitian tindakan (action research)
Grenhaug dan Olson (1999) mengutip Rapoport, mengungkapkan mengenai definisi penelitian tindakan sebagai penelitian yang bertujuan memberikan kontribusi baik terhadap dunia praktek untuk pemecahan masalah dalam situasi tertentu maupun terhadap tujuan-tujuan ilmu social melalui kolaborasi didalam suatu kerangka kerja etika yang dapat diterima secara imbal balik (mutually acceptable ethical framework).
Sekaran (2003: 36) mengungkapkan bahwa action research adalah penelitian yang dilakukan oleh para konsultan yang mempunyai inisiatif untuk mengubah proses-proses didalam organisasi. Dalam penelitian ini, peneliti memulai penelitian
13
dengan suatu masalah yang sudah teridentifikasi dengan jelas, dan mengumpulkan data relevan untuk mendapatkan pemecahan masalah yang bersifat tentatif. Pemecahan masalah tersebut selanjutnya diimplementasikan, dengan pemahaman kemungkinan terjadinya suatu akibat implementasi yang tidak diperkirakan sebelumnya. Akibat atau efek tersebut selajutnya dievaluasi, didefinisikan, dan di diagnosis ulang. Selanjutnya penelitian dilanjutkan sampai masalah yang diidentifikasi terpecahkan dengan baik.
Definisi penelitian tindakan tersebut memberikan gambaran bahwa action research mempunyai ciri-ciri (Grenhaug dan Olson, 1999):
1. penekanan terhadap pentingnya kontribusi ilmiah maupun pemecahan masalah secara praktis dan nyata, terutama terkait dengan tindakan masa mendatang setelah hasil penelitian diperoleh.
2. memfokuskan pada nilai-nilai umum dan standar-standar hubungan antara peneliti dan klien
3. mencerminkan suatu strategi penelitian intensif. Mirip dengan studi kasus tetapi juga terkait erat dengan metode penelitian secara tradisional
4. melibatkan beberapa aspek kolaborasi antara peneliti dank klien
5. bersifat longitudinal dan menekankan pada pembelajaran dan perbaikan secara bertahap (gradual learning and improvements)
6. asumsi-asumsi bahwa peneliti membutuhkan kontak dan interaksi dengan klien untuk memahami secara benar masalah yang dihadapi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
I.5.
Manajer dan Penelitian
Cooper dan Schindler (2003) dan Sekaran (2003) mengungkapkan beberapa alasan kenapa manajer perlu memahami proses penelitian. Alasan-alasan itu menunjukkan bahwa penelitian mempunyai posisi yang penting bagi seorang manajer. Alasan-alasan tersebut adalah:
1.
Penelitian dapat memberikan pemahaman, pengendalian, dan memprediksi kejadian atau fenomena yang mungkin tidak dapat diperkirakan sebelumnya. Misalkan: apakah suatu produk baru akan laku terjual? Apakah investasi yang dilakukan akan memberi keuntungan?
2.
Proses penelitian merupakan langkah awal dalam merumuskan atau menganalisis suatu masalah (memberikan cara berpikir atau logika berpikir)
3.
Dapat membedakan penelitian yang baik dan buruk yang dilakukan oleh konsultan atau pihak diluar organisasi
4.
Penelitian dapat merupakan alat untuk pengambilan keputusan bagi manajer
5.
Dapat memahami berbagai macam faktor yang mempengaruhi suatu situasi tertentu dalm organisasi.
I.6.
Penelitian Ilmiah dan Non-Ilmiah
Seperti dikemukakan dibagian awal Bab ini, penelitian adalah cara untuk mendapatkan suatu ilmu pengetahuan, sehingga penelitian ilmiah dapat dikatakan sebagai cara-cara mendapatkan suatu ilmu pengetahuan dengan cara yang ilmiah atau sistematik. Pada hakekatnya cara mendapatkan ilmu pengetahuan dapat dibedakan menjadi dua cara, yaitu cara mendapatkan ilmu pengetahuan yang ilmiah (sistematik), sehingga ilmu pengetahuan yang diperoleh dapat dipertanggung jawabkan, dan cara
15
mendapatkan ilmu pengetahuan yang tidak ilmiah (tidak sistematik), yang ilmu pengetahuannya tidak dapat dipertanggung jawabkan.
Kerlinger dan Lee (2000) mengungkapkan bahwa penelitian ilmiah tidak dilakukan berdasarkan dugaan, pengalaman, atau intuisi semata, tetapi juga melalui suatu langkah terarah dan tegas atau teliti (rigorous), yang tidak dipengaruhi oleh kepentingan atau pemikiran seseorang. Kerlinger dan Lee (2000) lebih jauh mengungkapkan empat cara memperoleh ilmu pengetahuan, yaitu berdasarkan keyakinan (tenacity), berdasarkan wewenang (authority), berdasarkan a priori , dan berdasarkan langkah-langkah metode ilmu pengetahuan (method of science).
Mendapatkan pengetahuan atau menarik kesimpulan berdasarkan keyakinan adalah ketika seseorang menarik kesimpulan berdasarkan apa yang “dia pegang” sebagai yang paling benar. Misalkan, seorang manajer yang “yakin,” tanpa alasan apapun juga bahwa meningkatkan gaji akan meningkatkan motivasi. Kesimpulan atau pengambilan pengetahuan meningkatkan gaji tersebut tanpa didasari apapun juga, baik berdasarkan teori atau hasil penelitian.
Mendapatkan pengetahuan berdasarkan wewenang, adalah ketika seseorang mengambil pengetahuan atau menarik kesimpulan melalui wewenang orang lain atau pihak yang berwenang. Misalkan seorang konsumen yang akan meminum minuman dalam kemasan. Ketika konsumen tersebut meminum minuman dalam kemasan, dia merasa yakin bahwa minuman yang diminum adalah “minuman yang menyehatkan”. Kesimpulan bahwa minuman yang diminum adalah “minuman yang menyehatkan,” bukan berdasarkan penelitian konsumen yang bersangkutan, tetapi berdasarkan label atau catatan yang tertera dikemasan minuman tersebut yang menunjukkan bahwa minuman yang diminum sudah terdapaftar di Departemen Kesehatan. Karena minuman kemasan tersebut sudah terdaftar di Departemen Kesehatan, maka konsumen yang membeli minuman kemasan akan menyimpulkan bahwa minuman
16
kemasan yang diminum adalah sehat. Pengambilan kesimpulan atau pengetahuan berdasarkan wewenang tertentu, misalkan contoh di atas adalah pengambilan kesimpulan (pengetahuan) berdasarkan wewenang Departemen Kesehatan, dinamakan pengambilan kesimpulan atau pengetahuan berdasarkan wewenang.
Pengambilan kesimpulan atau ilmu pengetahuan yang ketiga adalah pengambilan kesimpulan berdasarkan a priori. A priori adalah kondisi tindakan atau pemikiran yang setuju hanya berdasarkan alasan saja, tanpa suatu cara atau bukti-bukti yang jelas. Misalkan seorang manajer menyimpulkan atau berpandangan bahwa setiap permasalah dalam organisasi akan diselesaikan melalui kenaikan gaji atau pemberian uang. Manajer tersebut menyimpulkan bahwa semua permasalahan dalam organisasi dapat diselesaikan dengan uang karena manajer tersebut beralasan bahwa uang adalah benda yang dibutuhkan oleh siapapun juga. Alasan bahwa ”uang adalah benda yang dibutuhkan oleh siapapun juga” adalah yang melatar belakangi manajer tersebut menarik suatu kesimpulan bahwa ”semua urusan dalam organisasi akan dapat diselesaikan melalui uang.” Kesimpulan yang ditarik oleh manajer tersebut adalah kesimpulan atau pengambilan keputusan yang bersifat a priori.
Pengambilan kesimpulan atau penetahuan yang keempat adalah melalui suatu cara yang sistematika, terarah, dan dapat dipertanggungjawabkan. Cara pengambilan ini dinamakan sebagai pengambilan ilmu pengetauan yang ilmiah. Yaitu mendapatkan pengetahuan atau menarik kesimpulan berdasarkan langkah-langkah tertentu, yaitu diawali dari langkah observasi sampai dengan langkah penarikan kesimpulan.
Berdasarkan keempat cara pengambilan kesimpulan atau mendapatkan ilmu pengetahuan tersebut di atas, maka dapat dilihat bahwa pencarian ilmu pengetahuan yang ilmiah, melalui langkah-langkah sistematik adalah cara yang paling dapat dipertanggung jawabkan. Karena sistematik dan dapat dilacak sumber pengetahuan
17
tersebut. Oleh karenanya memahami ciri-ciri penarikan kesimpulan atau penarikan kesimpulan yang sistematik (ilmiah) sangatlah pe

No comments: